Kamis, 03 November 2011

Kurang Jalan Kaki, Otak Bisa Mengecil


Berjalan kaki sejauh enam mil atau 9,66 kilometer dalam satu pekan bisa menjadi solusi untuk mencegah penyusutan otak dan melawan demensia. Hal ini disampaikan sejumlah peneliti AS.

Sebuah penelitian yang dilakukan terhadap 300 orang di Pittsburgh, AS, yang mencatat berapa jauh mereka berjalan kaki setiap pekan menunjukkan, mereka yang berjalan setidaknya enam mil atau 9,66 kilometer lebih sedikit mengalami penyusutan otak yang terkait usia daripada orang yang berjalan kurang dari itu.

"Penyusutan ukuran otak pada masa dewasa akhir dapat menyebabkan masalah pada daya ingat. Hasil penelitian kami seharusnya mendorong dirancangnya suatu latihan fisik yang baik bagi orang lanjut usia sebagai sebuah pendekatan yang menjanjikan untuk mencegah demensia dan penyakit alzheimer," kata Kirk Erickson dari Universitas Pittsburgh, AS, yang penelitiannya muncul di jurnal Neurologi.

Penyakit alzheimer, bentuk paling umum dari demensia, perlahan-lahan membunuh sel-sel otak. Kegiatan seperti berjalan kaki telah terbukti meningkatkan volume otak.

Erickson dan rekan-rekannya melakukan penelitian untuk melihat apakah orang yang banyak berjalan kaki memiliki nilai tawar yang lebih baik untuk memerangi penyakit itu. Mereka melakukan penelitian pada 299 sukarelawan yang bebas penyakit demensia dan mencatat secara rutin seberapa jauh mereka berjalan dalam satu pekan. Sembilan tahun kemudian, para peneliti itu mengambil foto otak dari setiap sukarelawan untuk mengukur volume otak mereka. Setelah empat tahun lagi, mereka kembali melakukan pengujian untuk melihat, jika ada sukarelawan yang mengalami kerusakan kognitif atau menderita demensia.

Mereka menemukan, orang yang berjalan kaki kira-kira enam sampai sembilan mil atau 9,6 km-14,49 km dalam sepekan memiliki risiko terserang gangguan daya ingat 50 persen lebih rendah dari mereka yang berjalan kaki kurang dari itu dalam sepekan.

"Hasil penelitian kami sejalan dengan data yang menyebutkan bahwa kegiatan aerobik menginduksi sejumlah sel-sel kaskada yang dapat meningkatkan volume materi abu-abu," kata tim peneliti itu. Mereka mengatakan, penelitian lebih lanjut perlu dilakukan mengenai dampak latihan pada penderita demensia. Namun, dengan tidak adanya pengobatan efektif bagi alzheimer, berjalan kaki mungkin adalah satu hal yang dapat dilakukan untuk membantu. 

"Jika olahraga teratur bagi orang paruh baya dapat meningkatkan kesehatan otak dan meningkatkan daya ingat dan berpikir di kemudian hari, maka itu cukup menjadi salah satu alasan untuk melakukan olahraga secara teratur pada setiap golongan usia, sebuah upaya peningkatan bagi kesehatan masyarakat," kata Erickson.

Saat ini tidak ada obat yang dapat menghentikan perkembangan penyakit alzheimer, yang mempengaruhi lebih dari 26 juta orang di dunia.

Sumber:
http://health.kompas.com/read/2010/10/14/1745258/Kurang.Jalan.Kaki.Otak.Bisa.Mengecil

Google Mengurangi Daya Ingat?


Orang yang akrab dengan internet dan sering googling (mencari di google), cenderung lebih malas untuk mencoba mengingat informasi karena yakin semua informasi itu dapat dengan mudah ditemukan kembali di internet.

"Informasi yang masuk ke otak bisa terus menerus diingat dengan cara mengetahui dimana informasi itu bisa dicari. Dan kita lebih memprioritaskan dari pada mengingat secara detil mengenai informasi itu," kata Betsy Sparrow, PhD, dari Universitas Columbia yang melakukan studi ini.

Dalam dunia psikologi, hal itu disebut juga dengan memori transaktif. Kemampuan ini sudah ada sejak manusia mampu berkomunikasi. Kita juga selalu mengandalkan orang yang paling pintar dalam komunitas, kemudian setelah berkembangnya media cetak, kita mengandalkan buku.

Dengan kata lain, saat ini manusia beradaptasi untuk tidak benar-benar mengingat suatu hal, kita hanya mengingat dimana mencari atau siapa yang memiliki informasi itu.

"Di sekitar kita selalu ada orang yang kita anggap ahli dalam suatu hal, misalnya kalau ingin bertanya cara membuat kue kita bertanya pada si A, kalau ingin tahu tentang dimana toko roti yang murah kita bertanya pada si B. Internet sama saja, tetapi informasi yang dimilikinya jauh lebih luas," kata Sparrow.

Internet menurut dia adalah tempat dimana informasi dikumpulkan secara kolektif di luar ingatan kita. "Internet adalah penghubung yang membuat memori transaktif kita lebih terhubung pada hal yang tidak bisa diakses di tempat lain," katanya. "Internet membuat kita pintar sekaligus bodoh. Otak kita jadi terlatih untuk menggunakannya dan kita jadi ketagihan karena banyaknya kentungan yang didapat," kata Gary Small, penulis buku "iBrain Surviving the Technological Alteration of the Modern Mind" ini.

Itu sebabnya sangat penting untuk melatih agar otak tidak mudah pelupa. Simak tip dari Cynthia R.Green PhD, presiden Memory Art dan penulis buku Brainpower Game Plan ini.
1. Bicara dengan diri sendiri.
Dengan mengulang-ulang informasi pada diri sendiri, kita memaksa otak untuk memberi perhatian lebih pada informasi itu. Kita juga jadi terbiasa untuk melatih ingatan.

2. Buat permainan.
Baru membaca ada restoran bebek goreng yang baru buka bernama Bebek Waris? Coba ingat-ingat siapa teman atau keluarga yang juga memiliki nama Waris, misalnya.

3. Konsumsi brokoli.
Konsumsi makanan yang merupakan sumber asam folat seperti brokoli karena sudah terbukti mampu melindungi dan meningkatkan fungsi memori.


Sumber:
http://health.kompas.com/read/2011/07/16/11073126/Google.Mengurangi.Daya.Ingat.

Tiga Hal Bikin Otak Cepat Menyusut



Menurut studi para ahli, tiga faktor risiko, yakni merokok, diabetes, dan obesitas, dapat menyebabkan otak cepat menyusut di usia pertengahan, bahkan memicu gangguan mental hingga sepuluh tahun kemudian. Ini adalah hasil kajian terhadap 1.352 relawan yang rata-rata berusia 54 tahun dalam penelitan bertajuk "Framingham Offspring Study" sejak tahun 1971. 

Para peneliti dari University of California menemukan bahwa merokok, tekanan darah tinggi, dan diabetes terkait dengan perubahan pembuluh darah yang berpotensi membahayakan otak. "Kita tak dapat menyembuhkan atau mengobati penyakit penuaan, tetapi mendorong masyarakat memiliki tubuh sehat dan pikiran sehat adalah penting," ungkap dr Charles DeCarli, Direktur UC Davis Alzheimer's Disease Center. "Masyarakat harus berhenti merokok, mengontrol tekanan darah mereka, mencegah diabetes, dan menurunkan berat badan," tambah peneliti yang memublikasi risetnya dalam jurnal Neurology edisi 2 Agustus 2011.

Dalam studi ini, relawan diharuskan menjalani pemeriksaan tensi, kolesterol, dan diabetes. Pengukuran juga mencakup massa tubuh dan lingkar pinggang relawan. Mereka kemudian menjalani pemindaian (scan) magnetic resonance imaging (MRI) otak dalam selang waktu 10 tahun. Scan MRI yang pertama dilakukan sekitar tujuh tahun setelah pemeriksaan awal faktor risiko. Peserta yang mengalami stroke dan demensia saat pemeriksaan awal tidak dilibatkan lagi dalam penelitian. Dari hasil scan pertama dan terakhir terungkap, 19 peserta mengalami stroke dan dua lainnya mengalami demensia.

Peserta yang tensinya tinggi menunjukkan hasil penurunan lebih cepat dalam hasil kemampuan otak, yakni tes perencanaan dan pembuatan keputusan. Hal ini berkaitan dengan percepatan lebih tinggi dalam hal kerusakan di daerah pembuluh darah otak dibandingkan mereka yang tekanan darahnya normal.

Mereka yang mengidap diabetes pada usia pertengahan mengalami penyusutan lebih cepat di bagian hippocampus daripada yang tidak punya diabetes. Mereka yang merokok kehilangan volume otak secara umum dan penyusutan di bagian hippocampus yang lebih cepat dibandingkan nonperokok, serta mengalami kerusakan pembuluh darah di otak secara lebih cepat.

Sementara itu, peserta yang mengalami obesitas pada usia pertengahan cenderung berada dalam 25 persen peserta yang mengalami penurunan cepat dalam tes fungsi eksekutif. Mereka dengan rasio pinggang-panggul tinggi cenderung masuk di antara 25 persen peserta yang mengalami penurunan volume otak yang lebih cepat.

Sumber:
http://health.kompas.com/read/2011/08/03/09231662/Tiga.Hal.Bikin.Otak.Cepat.Menyusut