Sabtu, 22 Februari 2014

A Piece Of Trip From Kampung Inggris Kediri


Akhir-akhir ini berbagai media massa mengabarkan berita Gunung Kelud yang mengeluarkan erupsi dan abu vulkanik yang menerjang hingga ke kota-kota lain diluar wilayah Kediri. Jarang terdengar mengenai kabar status Gunung Kelud yang masih aktif, hingga pada akhirnya masyarakat nasional dikejutkan dengan berita meletusnya Gunung Kelud yang berada di wilayah Kabupaten Kediri. Seperti musibah yang tak henti-hentinya menerpa bangsa ini, masih hangat pemberitaan media massa mengenai meletusnya Gunung Sinabung di Sumatera Utara, kini giliran pulau Jawa yang diberi cobaan berupa meletusnya Gunung Kelud. Bagi seorang muslim, ujian / cobaan berupa bencana alam merupakan teguran dari Yang Maha Kuasa supaya kita sebagai manusia intropeksi diri terhadap apa yang sudah kita lakukan terhadap alam sekitar, dan semakin meningkatkan ketakwaan kita terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 
Berbicara mengenai Kediri, ada suatu pengalaman yang ga pernah terlupakan pernah berada di sebuah kampung yang terkenal dengan julukan “Kampung Inggris”. English Village atau dikenal sebagai Kampung Inggris merupakan sebuah kampung yang terletak di desa Pare, Kabupaten Kediri. Entah mengapa, masyarakat memanggil kampung itu dengan sebutan kampung inggris. Hmm,, harus dicari tahu nih asal usul kampung inggris. Bagi kalian yang penasaran tentang asal usul sebutan kampung inggris ini silakan tanya sama mbah Google yee...hehehee
Pada bulan Agustus 2013 lalu, gue bersama adik gue – Irma - melakukan perjalanan seru ke kampung inggris. Dulu, semasa kuliah gue sering mendengar kabar kampung inggris dari teman-teman kuliah yang bercerita bahwa apabila ingin belajar dan meningkatkan kemampuan bahasa inggris bisa belajar di kampung inggris. Dari semenjak duduk dibangku kuliah hingga kini sudah bekerja, gue penasaran banget sama kampung inggris ini. Ga nyangka, suatu ketika Irma mengajak gue untuk menemani dan mengantarnya ke kampung inggris. Irma bercerita sama gue klo dia ingin belajar bahasa inggris di kampung inggris bersama isma dan adiknya isma – Meta – yang sudah berangkat lebih dulu ke Kediri. Perjuangan banget nih bisa dapat tiket kereta AC Ekonomi murah seharga Rp 135 ribu per orang ke Kediri, karena tiap kali gue telpon ke contact center PT KAI selalu dibilang penuh kursi kereta untuk tujuan pemberangkatan pada hari Jumat. Namun, gue belum dapat tiket balik dari Kediri ke Jakarta. Pasrah deh... Tibalah hari Jumat, 23 Agustus 2013, gue bersama Irma berangkat dari rumah menuju stasiun Pasar Senen dianter sama Ibu tercinta. Perasaaan deg-degan muncul karena ini perjalanan panjang pertama gue naik kereta Jawa. Sekitar pukul 14.20 WIB kereta Matarmaja berangkat dari stasiun Pasar Senen menuju Kediri. Keretanya bersih dan tempat duduk yang lumayan nyaman dimana posisi tempat duduk saling berhadap-hadapan berbeda dengan kereta Comuterline Jabotabek. Di karcis kereta tertera nomor kursi duduk & gerbong kereta yang kita naiki. Gue dan Irma duduk bersamaan, asiknya gue duduk disebelah kaca jendela sehingga bisa melihat pemandangan sepanjang perjalanan. Suasana kereta ramai, huuaaa..banyak juga penumpang kereta Matarmaja ini. Petugas kereta seketika berjalan menawarkan makanan-minuman, serta bantal yang bisa disewa. Karena gue dan Irma sudah dibekali makanan dari Ibu, dikala lapar gue makan masakan Ibu dan ngemil makanan yang sudah dibawa dari rumah. Makaciii Ibu ku sayaaank....#bighug & kiss =) 
Perjalanan yang  jauh membut gue merasa sedikit bosan karena gue ga bisa ngapain2 selain duduk, denger musik dari HP, ngemil makanan, dan tidurr atau berjalan ke toilet trus balik lagi duduk manis. Gue merasa kaget dan cemas saat kereta yang gue naiki ditimpuk batu oleh orang dari luar kereta hingga pecah kaca jendela kereta di gerbong kereta yang gue naiki. Untung orang yang duduk di dekat kaca itu ga kena serpihan kaca yang rontok, Uuuhh dasar biadab itu orang yang iseng melempar batu dari luar kereta. Gue bersyukur bukan kaca jendela disamping gue yang dilempar batu. Tapi gue merasa ga tenang selama perjalanan itu, gue sewa deh bantal dari petugas kereta seharga Rp 5 ribu untuk menutupi kaca jendela disamping gue sekalian buat bersandar kepala gue selama duduk. Selama perjalanan, gue dan Irma mengobrol dengan orang yang duduk tepat berhadapan dengan bangku kita, orangnya asik dan seru, namanya Mas Joni & Pak Arab gue panggil nama sebutannya begitu karena mukanya mirip orang Arab...hahahae....Kita banyak bercerita seru, saling bercanda, ketawa ngakak bikin suasana malem hari di kereta tampak ramai. Gue sampai merasa ga ngantuk pas ngobrol-ngobrol sama mereka. Tapi seketika gue tidur juga klo rasa ngantuk ga ketahan. Oh iya, klo merasa laper di kereta ini jangan khawatir karena banyak penjual makanan bisa masuk bebas ke dalam kereta, tapi mereka harus turun bila kereta sudah mulai berjalan. Sempat gue beli popmie seharga Rp 10 ribu, lumayan bisa menghangatkan perut di malem hari. Kereta berjalan melewati jalur utara, melewati beberapa stasiun hingga sampai di stasiun Solo Jebres, mas Joni dan saudaranya turun duluan. Dia bercerita sebenarnya klo dia ingin ke Yogya naik kereta Krakatau (Pasar Senen-Yogya) karena kehabisan tiket kereta sehingga dia naik kereta Matarmaja sampai stasiun Solo Jebres kemudian melanjutkan naik bis ke Yogja. Katanya, jarak dari Solo Jebres ke Yogya ga begitu jauh, bisa ditempuh 45 menit naik bis. Sedangkan bapak Arab ini tujuannya ke Malang, turun di stasiun paling terakhir yakni stasiun Kota Malang. Melewati perjalanan yang sangat jauh, finally kereta Matarmaja berhenti di stasiun Kediri pukul 4 pagi. Woow,, pagi2 buta begini gue berada di stasiun yang masih sepi, ya walaupun banyak penumpang yang turun di stasiun Kediri juga namun terasa iseng saja berada di daerah yang ga gue kenal sama sekali. Waktu yang hampir memasuki subuh, gue sama Irma solat subuh dulu di musolah sekitar stasiun. Kemudian gue bertanya sama seorang bapak di stasiun, arah jalan menuju bis / angkot yang bisa dinaiki ke kampung Inggris. Gue bercerita juga klo gue belum dapat tiket balik ke Jakarta kemudian bapak itu membantu gue memberi tahu klo gue bisa beli tiket karcis ke petugas loket karcis yang sebenarnya belum waktunya buka loket karcis stasiun. Alhamdulillah, ada sang penolong....Gue bisa dapat tiket kereta murah balik ke Jakarta buat hari Minggu.

            Keluar dari pintu stasiun Kediri, gue sama Irma menaiki becak menuju tempat nge-tem nya angkot yang akan membawa kami ke Kampung Inggris. Sepanjang perjalanan, kita mengobrol sama tukang becak, gue banyak tanya soal makanan khas kediri, pusat jajanan oleh-oleh, mal-mal atau pusat perbelanjaan, wisata apa saja yang ada di kediri. Berhentilah becak yang kita naiki disebuah warung pecel yang terkenal di Kediri, namanya warung pecel Mbak Yun. Katanya pecel Mbak Yun ini terkenal paling enak di Kediri, tak jarang orang dari berbagai daerah maupun orang dari Jakarta datang untuk mencicipi nasi pecel ini. Untung masih pagi, gue masih bisa membeli nasi pecel Mbak Yun, klo datang agak siangan pasti sudah abis. Lanjut perjalanan sampai di dekat rumah sakit bhayangkara, gue sama Irma naik angkot yang membawa penumpang ke Kampung Inggris. Penumpang angkot kebanyakan anak muda yang pengen ke Kampung Inggris, ya pasti mereka mau belajar bahasa inggris di Kampung Inggris. Sampailah gue dan Irma di suatu rumah yang disebut Azizah Basecamp, disinilah gue sama Irma nginep selama tinggal di Kampung Inggris. Senang bisa ketemu Isma dan Meta di basecamp ini. Kita berempat tinggal di satu kamar yang sama, sebenarnya gue yang “numpang” dikamar mereka...hehehee... Memasuki kamar untuk menaruh tas-tas, kemudian kita makan bersama. Gue menawarkan Isma, Meta untuk menyicipi nasi pecel, bubur jagung & kolak biji salak yang gue beli di warung Mbak Yun. Nikmatnya makan bersama sambil mengobrol-ngobrol. Huuuaaaa rasanya udah lama bangetz ga ketemu Isma, teman baiknya Irma. Mereka udah sohib sejak awal dibangku kuliah. Kita bertiga, gue, Irma dan Isma sama-sama alumni UI, dan Meta masih kuliah di UI jurusan FKM (Fakultas Kesehatan Masyarakat). Setelah itu, Irma dan Isma bersiap-siap berangkat ke tempat kursus. Sedangkan Meta ga ada jadwal kursus, jadi dia hanya tinggal di basecamp sama gue. Sambil menunggu Irma dan Isma balik dari tempat kursus, gue tidurr deh...capek abis perjalanan jauh naik kereta....hooaammm..Zzzz

Kamis, 20 Februari 2014

Mengapa Kursor Mouse Miring?

Pernahkah terpikir oleh kita, mengapa desain kursor mouse di komputer dibuat miring? Saking seringnya kita melihat kursor, mungkin pertanyaan itu tak pernah terlintas di benak kita.

Kursor mouse yang kita kenal selama ini umumnya berupa tanda panah tersebut dan ditampilkan miring sekitar 45 derajat ke kiri. Namun, tahukah bahwa sebelumnya kursor dibuat tegak? Lalu mengapa dibuat miring?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita harus kembali ke masa pada awal mula mouse dibuat, di era tampilan komputer masih berupa susunan piksel resolusi rendah. Menurut penjelasan di situs Stack Exchange, mouse dan kursor pertama kali dibuat oleh Douglas Englebart pada tahun 1968. Awalnya, kursor memang dibuat tegak lurus ke atas. Namun, saat komputer Xerox PARC dibuat sekitar tahun 1970-an, kursor kemudian dibuat miring. Alasannya, dengan layar resolusi rendah pada zaman itu, kursor mouse yang tegak lurus susah dicari di layar.
Pointer mouse semula didesain tegak lurus, sulit dibedakan dengan obyek lain di layar
 
Dengan piksel resolusi rendah, tampilan kursor sulit dibedakan dengan obyek-obyek lain yang ditampilkan layar komputer, apalagi saat itu tampilan layar masih monokrom. Karena itu, dengan membuat kursor yang melintang 45 derajat, itu akan mempermudah pengguna mencari kursor di layar. Setelah itu, kursor miring ke kiri temuan Englebart tersebut kemudian diadopsi oleh pembuat-pembuat software komputer hingga kini. 

Senin, 17 Februari 2014

Homecoming Day 2014



Homecoming Day...

Hari pulang kampung keluarga besar alumni UI, suatu moment yang ga pernah terlupakan bisa kembali kumpul bersama para alumni UI dari berbagai angkatan -angkatan 80-an, 90-an, hingga 2000-an. Ga terasa sudah 4 tahun berlalu sejak gue lulus, di hari minggu yang cerah ini gue kembali menginjakkan kaki di kampus yang terkenal dengan sebutan Yellow Jacket. Sore itu, sekitar jam 3 gue sampai di kampus UI. Gue berjalan menyusuri jalan setapak di samping Balairung yang dekat dengan danau. Woow,, takjub ngeliat suasana kampus UI yang makin bagus, gedung2 nya modern seperti perpustakan pusat yang desain interior nya terlihat megah, unik dan futuristik. Perpustakan pusat ini mendapat julukan yang disebut “The Crystal of Knowledge”. Katanya perpustakaan ini terbesar se-Asia Tenggara. Ada Balairung, sebuah bangunan yang sangat sakral dijadikan sebagai tempat berlangsungnya wisuda mahasiswa UI juga tampak bagus, makin rapi dengan adanya perubahan pada bagian gedung dimana sekarang sudah ada jembatan penghubung di sekitar bangunan Balairung yang menghadap ke arah danau. Suasana yang asri, rimbun dengan banyak pepohonan, danau, serta kelelawar yang keluar di sore hari dari atap gedung rektorat membuat gue kangen akan kampus ini. Makanya, pas mendengar kabar dari teman yang memberitahu ada acara Homecoming Day UI, gue usahain datang kesini. Tibalah gue di sekitar area perpustakaan pusat, terdapat panggung yang keren, penuh sekali penonton yang sebagian besar alumni maupun mahasiswa UI. Perbedaan usia, angkatan kuliah, pekerjaan, atau apapun itu lenyap dalam satu kebersamaan sebagai keluarga besar UI. Banyak sekali musisi UI memeriahkan acara itu, seperti  penampilan dari para alumni UI dari angkatan 80-an, 90-an walaupun sudah terihat tua fisiknya namun masih tetap oke dalam bermusik. Tampil sebagai Host acara, Prita Laura yang ternyata alumni FH UI terlihat cantik dengan pakaian casual. Acara homecoming day semakin heboh dengan pertunjukkan band yang menampilkan artis-artis UI seperti Once (mantan penyanyi grup band Dewa), Payung Teduh, dan Kahitna feat. Andien. Huuaaa senaang rasanya bisa menikmati musik bersama teman-teman kuliah (Vita, Decy, Sapta) dan para alumni UI lainnya. Suatu kebanggaan bisa menjadi alumni UI, karena gue ga nyangka bisa kuliah di kampus terbaik di negeri ini. Dulu, sewaktu masih jadi pelajar SMA, gue menyadari bahwa kemampuan gue pas-pas-an. Gue bukan tipe murid yang sering juara kelas (juara 1, 2, 3). Gue bersekolah di sekolah negeri yang masih baru berdiri, sekolah gue belum begitu terkenal di Kota domisili gue. Di sekolah, gue termasuk murid "gaul", karena pada jaman itu gue termasuk anggota dari suatu kelompok gank cewe yang bernama "CIRIYS". Nama gank yang berasal dari singkatan nama anggotanya (Citra, Irdha, gue sendiri, Yuristi dan Sisca). Personilnya cewe smua terdiri dari 6 orang. Gank "CIRIYS" sudah terbentuk sejak kita dibangku kelas 1 SMA. Hingga kelas 3 SMA, pertemanan kita mulai pudar karena kesibukan masing-masing personilnya, dan berbeda kelas juga, ada yang IPA dan IPS. Nah, pas gue duduk dibangku SMA kelas 3, gue mencoba mengurangi jam main alias keluyuran. Gue fokus belajar sambil mengambil les bimbel di suatu bimbangan belajar di semester 2 kelas 3. Gue memiliki tekad kuat buat berubah nasib, gue pengen jadi lebih pinter, gue pengen lanjut sekolah di kampus terbaik seperti UI. Nasib baik berpihak sama gue, saat pengumuman ujian masuk perguruan tinggi negeri (SPMB) gue ga nyangka, puji syukur bisa lolos tes seleksi SPMB dan berhasil masuk jurusan Ilmu Administrasi Negara UI. Pada saat malem hari menjelang pengumuman SPMB online, gue masih inget kejadian unik yang gue alami dimana pada saat gue mengecek nama dan nomor ujian gue di website online SPMB, keluar pengumuman bahwa nama gue ga lolos SPMB. Sedih rasanya, kecewa ga bisa lolos SPMB, sambil nangis2 dikamar tiba-tiba terdengar suara telpon dari teman gue (Ime) yang bilang klo nama gue lolos seleki SPMB dan masuk UI. Rasanya ga percaya mendengar kabar itu, sehingga Ibu pergi ke warnet untuk mengecek apakah benar nama gue masuk UI atau tidak walaupun sudah larut malem hampir jam 10an, Ya Allah perjuangan Ibu buat anaknya sunguh mulia sekali. Gue inget banget raut muka Ibu sambil nangis bilang bahwa gue benar2 lolos seleksi SPMB masuk UI. Subhanallah banget, suatu keajaiban.        

Prita Laura as a Host

Prita Laura

Kahitna

Mario Kahitna Style

Mario Kahitna Sing Powerfull

Kahitna Feat Andien

The best duet Kahitna Feat Andien